Minggu, 10 Januari 2010

THE PARAPHRASE OF ICHAY’S RHAPSODY
part 3 
–it’s the PENGUASA DUNIA’s part-

proudly written and published by
rani aldes saribanon



Sungguh ada suatu ketika di mana sebuah kenyataan menjadi teramat sulit untuk dipercayai, namun tidak dapat disangkali bahwa memang segala keputusan adalah Tuhan yang punya.

Siang itu, di tengah sengitnya peperangan antara panasnya suhu dalam ruang kelas dan keringatku, aku memandang berkeliling. Kelas total sudah kosong. Dengan susah payah masih aku memunguti beberapa alat tulisku yang berserakan. Kawan-kawan terdekatku sudah lebih dulu keluar kelas karena terdesak kepentingannya masing-masing – you know what: kalau bukan lapar pasti buang air – sementara aku yang tanpa sengaja memberantakkan seisi tasku masih tekun menyusun kembali apa yang telah kutumpahkan. Beberapa buku dan kertas yang tidak kuingat apa isinya, sudah masuk tas. Pensil faber castle 2B, pensil pentel mekanik, pena penciltic warna merah jambu (melihat warnanya aku bingung, sebenarnya itu penaku atau bukan ya?), dan beberapa alat tulis lain yang tidak kuperhatikan lagi detailnya kumasukkan cepat-cepat ke dalam tempat pensilku. Setelah sesaat mengecek kelengkapan propertiku, aku beranjak. Tadinya mantap, sampai sebuah siluet berkelebat di dekat pintu keluar. Cepat aku berpaling dan sedetik kemudian takjub. Bukan jin bukan hantu, bukan Matthew Bellamy atau Shikamaru Nara, bukan pula Vino G. Bastian, si pria jembatan Suramadu, namun dia! Selama beberapa detik aku menangkap bahwa ia tengah kebingungan mencari seseorang atau sesuatu dalam kelas. Apa? Siapa? Ups, percaya atau tidak, saat pandang kami beradu, dia tiba-tiba menyunggingkan senyumnya (yang selalu menyulut petasan di dadaku) lalu langsung kembali meninggalkan pintu keluar. Know what it means? I pretend I don’t.

Saat ledakan-ledakan itu akhirnya mereda keesokan harinya, sebuah masalah muncul. Aku tanpa dikomando memelihara sebuah perasaan yang saat kelahirannya dinamakan “penasaran”. Aku ingin menjadi seseorang dengan kemampuan mengetahui jawaban dari semua pertanyaan 
(sama tuh sama yang nulis tulisan ini). Konyolnya, orang yang paling ingin kutanyai saat ini adalah dia dan pertanyaan yang paling ingin kuketahui jawabannya saat ini adalah: was it I who you were looking for?

Dan jawabannya adalah: yes. Jelas sekali jawaban itu tertera dalam lembar jawaban yang dia kirimkan padaku lewat senyumnya yang biasa (baca:senyum penyulut petasan itu lagi) sore ini. Saat aku tengah duduk di
bench dekat tempat parkir motor, dia lewat tak jauh dari hadapanku. Hal ini seperti sebuah déjà vu; dia tengah mencari-cari seseorang –dan kuyakini bukan sesuatu– di tempat ini, dan ketika pandangnya bertemu sosokku, secercah senyuman itu kembali menyala. Dan senyumanku pun membalasnya. Dan tiba-tiba aku merasa menjadi
PENGUASA DUNIA.

4 komentar:

  1. > Kurang panjaaaaaaaaaaaang.. jd kurang WAREG baca na.
    > Dari 'cara ngobrol' mah like this so much pokona. Apalagi semua yang di tulis diparagrap 3 b(^_^)d
    > Protes ah.. untuk membawa beberapa buku,kertas dan pulpen2 nu araraneh sperti ituh, rasanya bukan ichay sekali ah. biasana ge bawa 1 buku pink tanpa pulpen di tas teh.hahaha.. (piss chay!)

    itu sajah dari sayah..
    wassalamu'alaikum wr.wb.
    ;p

    BalasHapus
  2. Aduh meni kitu,,,aku sudah begitu susah payah menumpahkan segalanya masih disebut kurang panjang. Kalem lah, masih ada part2 lain. (lamun jadi diterbitkeun ta ge..)

    Bener pi, si ichay ge protes cenah "ti iraha abi gaduh barang2 kitu des?" hehe,,,maap chay, pan namina ge fiksi...

    anyways,,,,thanx komenna :)

    BalasHapus
  3. eh, bisa ngomen.. abi hebat vsan, nya. (dari sejak dahulu kala hese ngomen-na. pindah atu des, ka wordpress.. :p

    BalasHapus